Minggu, 23 November 2014

Mengenal Falsafah dan Sejarah Reog Ponorogo

                   Kali ini saya ingin membahas salah satu budaya asli negeri kita, ya Reog Ponorogo. Kebudayaan yang pernah diklaim oleh Malaysia ini ternyata memiliki falsafah dan sejarah yang menarik dibaliknya. Mari kita pelajari kebudayaan kita ini agar tidak diklaim lagi oleh bangsa lain. Selamat membaca...



Reog Ponorogo dikenal sebagai salah satu seni pertunjukan yang melegenda di Tanah Air. Bahkan ketenaran Reog sudah memancanegara dan sering dipentaskan di luar negeri. Antara lain jatilan. Jathil adalah prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. 

Namun Reog ternyata bukan sekadar pertunjukan semata. Dalam Reog terkandung sebuah falsafah dan cerita yang membuat seni ini hidup dan berbicara.

Jathilan merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Hal ini didukung oleh pola ritmis gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.

Tokoh kedua adalah warok, 'warok' yang berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik.

Atau dalam istilah Jawa-nya, warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Tokoh ketiga, adalah barongan atau dadak merak. Barongan (dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; kepala harimau (caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit harimau gembong.

Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan bulunya dan menggigit untaian manik-manik (tasbih).

Krakap terbuat dari kain beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25 meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.

Tokoh keempat, adalah Prabu Klono Sewandono. Prabu Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna yang memiliki pusaka andalan berupa cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan Kyai Pecut Samandiman.

Ke mana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi dirinya. Kegagahan sang Raja digambarkan dalam gerak tari yang lincah serta berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri (kekasihnya). Karena sang raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan tarinya pun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran.

Dan tokoh terakhir dalam kesenian reog adalah Bujang Ganong. Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom adalah salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela diri sehingga di setiap penampilannya senantiasa di tunggu-tunggu oleh penonton khususnya anak-anak.

Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti. Reog, sebagai seni tradisi lokal yang cukup populer adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri.

Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono Sewandono dan wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh para warok. Para warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya.

Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga.

Sumber : Merdeka.com

Selasa, 18 November 2014

Gamelan, Identitas Musik Asli Indonesia yang Mendunia

Jakarta, WisatanewsCom – Tahukah Anda kalau ternyata alat musik Gamelan sudah sangat terkenal hampir di seluruh dunia, bahkan beberapa Universitas di negara-negara Eropa dan Amerika dijadikan mata kuliah yang harus di ikuti oleh Mahasiswanya.
Gamelan merupakan alat musik dan kesenian asli milik bangsa Indonesia dan Kata gamelan berasal dari bahasa jawa “Gamels” yang berarti memukul dengan palu.
Namun sayangnya alat musik dari logam ini dalam perkembangannya di negeri sendiri seolah dianaktirikan, kadang ia dicap sebagai seni tradisional masyarakat pinggiran dan ketinggalan jaman.
Ini sangat kontras yang terjadi di beberapa negara-negara Eropa dan Amerika, alat musik Jawa ini telah menjadi salah satu kurikulum pedidikan di negeri Paman Sam tersebut.
Seperti yang terdapat di beberapa Universita di Amerika Serikat, musik tradisi gamelan dan tarian asal Indonesia yang sudah sejak 15 tahun yang lalu.
Bahkan sekarang telah masuk dalam kurikulum pendidikan dari tingkat taman kanak sampai perguruan tinggi.
Beberapa perguruan tinggi terkemuka seperti UCLA, San Diego, Berkeley, Wisconsin, Washington sudah menjadikan seni tradisional Jawa ini menjadi salah satu dari kurikulum perkuliahan.
Yang paling menakjubkan di saat rekaman gendhing/lagu/komposisi gamelan “Puspawarna” dibawa dalam misi pendaratan manusia pertama di bulan oleh Neil Amstrong dan dikumandangkan keseluruh dunia.
Salah satu Organisasi di Amerika Serikat yakni Sumunar Indonesia Music and Dance yang mempunyai konsern terhadap seni dan kebudayaan Indonesia yang beranggotakan dari berbagai profesi seperti dosen, guru dan mahasiswa secara khusus mempunyai misi untuk mempromosikan pengetahuan dan apresiasi musik, tari dan budaya Indonesia melalui pertunjukan dan pembelajaran.
Kegiatan organisasi yang berbasis di Minnesota, Amerika Serikat ini berfokus pada pertunjukan dan pembelajaran seni karawitan dan tari.
Lebih dari 15 ribu warga Amerika Serikat yang mempelajari gamelan dan tari asal Indonesia.
Selain Negara Amerika Serikat, dibeberapa negara pun telah menjadikan kesenian Gamelan dimasukan kedalam kurikulum perkuliahan di beberapa Universitas negera tersebut. Seperti Negera Jepang, Negara Norwegia, Negara Australia, Maupun Negara Prancis.
Saatnya Bangsa Indonesia bangga dan terus melestarikan Gamelan sebagai identitas seni musik asli Indonesia yang mampu dijadikan alat kebanggaan atas seni dan budayanya sendiri dan tidak lagi dipandang sebagai sebuah kesenian yang kuno, primitif dan ketinggalan jaman.

Asal Usul dan Sejarah Batik Di Indonesia


Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini.
Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisioanal dengan ciri kekhususannya sendiri.
Perkembangan Batik di Indonesia
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Proses pembuatan batik
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
Batik Pekalongan
Meskipun tidak ada catatan resmi kapan batik mulai dikenal di Pekalongan, namun menurut perkiraan batik sudah ada di Pekalongan sekitar tahun 1800. Bahkan menurut data yang tercatat di Deperindag, motif batik itu ada yang dibuat 1802, seperti motif pohon kecil berupa bahan baju.
Namun perkembangan yang signifikan diperkirakan terjadi setelah perang besar pada tahun 1825-1830 di kerajaan Mataram yang sering disebut dengan perang Diponegoro atau perang Jawa. Dengan terjadinya peperangan ini mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya banyak yang meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah - daerah baru itu para keluarga dan pengikutnya mengembangkan batik.
Ke timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulungagung hingga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkembang di Banyumas, Kebumen, Tegal, Cirebon dan Pekalongan. Dengan adanya migrasi ini, maka batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang.
Seiring berjalannya waktu, Batik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Di daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai, yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah Buaran, Pekajangan serta Wonopringgo.
Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India, Melayu dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik.
Sehubungan dengan itu beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut yang kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. Motif itu, yaitu batik Jlamprang, diilhami dari Negeri India dan Arab. Lalu batik Encim dan Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina. Batik Belanda, batik Pagi Sore, dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang.
Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain yang kemudian disebut batik, memang tak bisa dilepaskan dari pengaruh negara-negara itu. Ini memperlihatkan konteks kelenturan batik dari masa ke masa.
Batik Pekalongan menjadi sangat khas karena bertopang sepenuhnya pada ratusan pengusaha kecil, bukan pada segelintir pengusaha bermodal besar. Sejak berpuluh tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya, batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan yang kini terbagi dalam dua wilayah administratif, yakni Kotamadya Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan.
Pasang surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan Pekalongan layak menjadi ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk unggulan. Hal itu disebabkan banyaknya industri yang menghasilkan produk batik. Karena terkenal dengan produk batiknya, Pekalongan dikenal sebagai KOTA BATIK. Julukan itu datang dari suatu tradisi yang cukup lama berakar di Pekalongan. Selama periode yang panjang itulah, aneka sifat, ragam kegunaan, jenis rancangan, serta mutu batik ditentukan oleh iklim dan keberadaan serat-serat setempat, faktor sejarah, perdagangan dan kesiapan masyarakatnya dalam menerima paham serta pemikiran baru.
Batik yang merupakan karya seni budaya yang dikagumi dunia, diantara ragam tradisional yang dihasilkan dengan teknologi celup rintang, tidak satu pun yang mampu hadir seindah dan sehalus batik Pekalongan
 Sumber: batikmarkets.com